Atas Berkat Rohmat Alloh Yang Maha Kuasa
(Pidato Peringatan Hari Pendidikan Nasional di Situs Bung Karno Kediri)
Saudara-saudara kami, yang mulia….
Mengapakah hari ini kita harus bersusah payah mengadakan peringatan Hari Pendidikan Nasional? Perlulah di ingat bahwa mengadakan peringatan itu adalah perintah Tuhan Yang Maha Esa. Dan peringatan itu banyak mengandung hikmah.
Di Islam ada peringatan Maulid Nabi, di Kristen ada Isa Almasih, di Budha ada Waisak, Hindu Galungan, Konghucu Imlek. Dan Peringatan Hari Pendidikan Nasional adalah peringatan untuk semuanya. Semua bangsa Indonesia, yang beragama apa saja, wajib memperingati peringatan Hari Pendidikan Nasional.
Saudara-saudara kami, yang mulia….
Pendidikan itu bukan hanya penting, tapi Maha Penting. Pendidikanlah yang menjadi penentu masa depan kita.
– Apakah kedepan akan lahir pemimpin-pemimpin Indonesia yang adil, atau perampok-perampok yang selalu dihormati.
– Apakah kedapan anak cucu kita masih hidup merdeka, apa hidup tertindas, terjajah dinegerinya sendiri. Laksana hidup dinegeri orang asing.
– Apakah kedepan Idonesia akan menjadi Indonesia yang Raya, atau Indonesia yang tinggal cerita. Itu semua tergantung pada pendidikan hari ini. Maka pendidikan itu bukan hanya penting tapi Maha Penting.
Saudara-saudara kami, yang mulia….
Tanda-tanda yang bisa membuat masa depan bangsa kita ini suram, sudah terlihat.
– Jikalau hukum sudah jauh dari keadilan
– Jikalau ekonomi jauh dari pemerataan
– Jikalau kepemimpinan jauh dari pengayoman
– Ketika ilmu jauh dari kearifan
– Dan jika politik jauh dari keteraturan
Hukum di Indonesia memang berkembang. Hakim-hakim semakin banyak, ahli-ahli hukum semakin menjamur, pengacara ada dimana-mana. Lahir KPK, Mahkamah Konstitusi, ada Komisi Yudisial. Tapi jika hukum jauh dari keadilan, apa artinya.
Ekonomi juga tumbuh. Banyak pabrik-pabrik besar, pusat pembelanjaan, rumah-rumah megah, mobil-mobil mewah. Berkembang, Tapi apa artinya bila jauh dari pemerataan. Kepemimpinan, ilmu, Politik semuanya, bagaimana?
Saudara-saudara kami, yang mulia….
Jika kita melihat tanda-tanda yang bisa membawa kehancuran kebesaran bangsa ini. Apakah yang terjadi? Apakah timbul rasa kebenciaan, kemarahan kita. TIDAK saudara-saudaraku. Itu tidak boleh terjadi. Tapi apakah kita juga akan diam saja, masa bodoh, apatis, itu juga tidak layak.
Kita insafi ini semua supaya tumbuh rasa sayang kita. Timbul kecintaan kita kepada tanah air kita, kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Supaya kita tidak lagi leha-leha, santai-santai, supaya kita tidak hanya asyik memikirkan kesejahteraan dan perut kita sendiri. Memikirkan anak dan keluarga kita sendiri. Supaya tumbuh rasa malu kita, bangkit jiwa-jiwa yang siap berkorban untuk bangsa dan negara ini. Bukan lagi bertanya bayarane piro? Wani piro? Oleh opo? Bertanyalah apa yang telah kamu berikan pada bangsa dan negari ini. Jangan bertanya apa yang telah kamu dapatkan.
Saudara-saudara kami, yang mulia….
Coba kita bayangkan… seandainya para nenek moyang kita dahulu itu hanya sibuk memikirkan dirinya sendiri, sibuk dengan urusanya sendiri, tidak memikirkan nasib rakyat dan bangsa Indonesia. Tidak berjuang dan berkorban, Mana mungkin Indonesia bisa merdeka? Pasti mustahil. Alloh Tidak akan merubah.
Begitu juga saat ini, jika masih tetap sibuk dengan urusan kita sendiri dan tidak lekas-lekas memikirkan nasib bangsa yang sudah jauh dari cita-cita luhur. Mana mungkin keadaan bisa berubah. Juga mustahil.
Saudara-saudara kami, yang mulia….
Sekali lagi, kita tidak boleh membenci bangsa kita sendiri, negara juga saudara kita sendiri.
Kalau kita saling membenci, kemudian bertengkar, kalau kita bentrok, kita salin serang yang sorak-sorak itu orang lain, bangsa lain. Ingat aji-aji 350 penjajahan adalah adu domba. Jadi janganlah sampai ada pertengkaran antar sesama anak bangsa.
Bung Karno memang pernah bilang. “Perjuanganku masih mudah karena melawan bangsa lain, tapi perjuangkanmu lebih sulit sebab menghadapi bangsamu sendiri.”
Jadi kondisi yang sudah sangat parahnya cari cita-cita luhur ini, tidak bisa kita lawan dengan emosi dan kebencian. Sebab yang menjadi musuh kita itu bukan saudara kita sendiri, bangsa kita sendiri, negara atau pemerintahan. Bukan, bukan itu.
Musuh kita itu adalah sifat, sifat rakus, sifat serakah, sifat ndividual, kejam, mentolo. Singkatnya sifat penjajah. “Maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuwai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Nah, untuk menghapusnya itu harus lewat pendidikan. Maka pendidikan itu bukan hanya penting tapi Maha Penting.
Saudara-saudara kami, yang mulia….
Para pahlawan bangsa ini sudah mewasiatkan, “Bangunlah Jiwanya, Bangunlah bandannya untuk Indonesia Raya.” Seperti yang tadi kita nyanyikan.
Jiwa harus didahulukan, baru kemudian badan. Otomatis kalau hanya pembangunan badan, pembangunan badan, pembangunan badan inilah yang tejadi. Sampai kiyamatpun kalau tetap seperti ini. Arang habis besi tak jadi. Akeh wong pinter tapi gak bener. Sebab jiwanya tidak dibangun.
Saudara-saudara kami, yang mulia….
Persoalan sangat besar tentang pembangunan jiwa bangsa ini tidak bisa serta merta kita serahkan pada pihak sekolahan saja. Tidak bisa. Segenap orang tua, masyarakat dan kita semua bangsa Indonesia bertanggung jawab, dan harus memperjuangkan. Termasuk para ulama’, para kyai, pendeta, bikhu, bedande, pendeta, pastur dan semua orang-orang suci. Semuanya ikut bertanggung jawab dan harus bangkit bersama-sama memperjuangkan. Sudah tidak jamannya lagi berfikir untuk kelompok. Kita perlu berfikir soal kebangsaan.
Maka mulai sekarang, harusnya, fokus pendidikan kita, yang utama adalah pendidikan jiwa, pendidikan jiwa, pendidikan jiwa.
Inilah yang harus menjadi fokus kita setiap hari, setiap jam, setiap saat. Bahkan setiap nafas, selama hayat masih dikandung badan. Inilah makna peringatan hari Pendidikan Nasional yang harus kita ambil. Kita ambil apinya, semangatnya. Bukan hanya sekedar mengadakan acara serimoial-2, atau tradisi2 dengan banyak biaya tapi tiada arti.
Mudah-mudahan kedepan kita memiliki generasi andalan yang tangguh, berjiwa besar dan berbudi luhur. Hanya kepadanyalah masa depan kita pertaruhkan. “Kutitipkan bangsa dan negeri ini kepadamu.”
Rawe-rawe rantas malang-malang putung. Jika Sang Merah Putih sudah tertaman dalam jiwa. Tidak ada keraguan sedikitpun, pantang menyerah, pantang mundur. Pasti Indonesia Raya akan tercapai …Merrrrrdekaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!
Kediri, 02 Mei 2015